MENJADIKAN HIDUP LEBIH BERMAKNA

Sabtu, 24 April 2010

Nadzarku..................


oleh : Darwin Hoo

Waktu itu aku terburu-buru berangkat ke kantor, ada seseorang yang pagi itu harus aku telephone lewat telephone kantor dan itu harus telephone kantor sesuai komitmen aku padanya. Sudah sampe di kantor aku langsung pegang gagang telephone dan mencari nomor yang akan aku hubungi di phonebook HPku.

Dari rumah HP memang belum aku nyalakan karena belum sempat dan memang habis di charg batrenya. Sewaktu aku cabut kabel chargnya, HP langsung aku masukan saku celana dan tidak aku nyalakan. Ketika HP aku nyalakan ternyata HPku error dan tidak bisa buka apa-apa hanya ada tulisan merek HP di layarnya.

Aku dah mencoba mati-nyalakan beberapa kali HPku, siapa tahu mungkin hanya error atau ngeheng saja pikirku, tetapi tetap tidak bisa padahal hari itu aku harus telephone karena aku sudah janji kalo tidak telp ya melayanglah orderku.

“Wah, gmana nich?” Tanyaku dalam hati.
“Ya Allah berilah pertolongan pada hamba-Mu ini……..!?” doa dalam batinku.
Waktu itu aku bernadzar dalam hati, Ya Allah aku bernadzar kepada-Mu apabila Hpku normal kembali maka aku akan memberikan sebagian rejekiku pemberian-Mu kepada seseorang yang buta hari ini juga. Kenapa aku memilih orang buta dalam nadzarku karena saat itu aku gak tahu apa yang harus aku lakukan, ya bisa dilogikakan seperti orang buta.

Hp aku coba nyalakan kembali, tetap belum bisa, aku mencoba ganti simp card lain ternyata HPku tidak error hanya simp cardnya saja mungkin sudah aus karena bentuk fisiknya memang sudah banyak goresan di conectornya.

Aku datang pagi itu juga ke card centre operator celluler dekat kantorku, dan Alhamdulillah data phonebooknya bisa diselamatkan dan diganti simp card baru. Ketika itu juga aku langsung bisa menghubungi nomor klienku tadi dan tidak lupa aku meminta maaf tidak memenuhi komitment saya karena alasan HPku tadi. Dan ia bisa memahami hal itu. Alhamdulillah orderanku tetap bisa aku pegang….

Soal nadzarku aku tetap akan memenuhi hari itu juga. Dari siang hari aku kerja mondar-mandir kesana-kemari (karena aku memang orang lapangan) sambil mencari orang buta yang berjalan. Sampai pulang kantor sore menjelang pulang aku belum juga menemukan orang buta yang akan aku kasih sedikit sedekah sebagai tebusan untuk nadzarku. Aku kebingunan, “harus mencari dimana ya???” Tanyaku dalam hati.

Begitu sulitnya mencari orang buta yang berjalan, padahal biasanya aku sering lihat pengemis di pasar atau seorang buta yang berjalan di pinggir jalan dengan tongkat berpita merahnya, namun kali ini dimana mereka, siapa yang bisa aku hubungi untuk tahu keberadaan mereka. Aku dah mencoba bertanya kepada rekan-rekan sekantor barang kali ada saudara atau tetangga yang buta, namun mereka bilang tidak tahu.

Saat itu istriku ada panggilan test kerja di salah satu PTS di kota XXX besok pagi test wawancara dan test tulisnya, sehingga aku menemani berangkat sore itu ke kota XXX dan kami menginap di sebuah hotel sekitar kampus tersebut.

Aku masih teringat dengan nadzarku harus bersedekah kepada seseorang yang buta, namun dimana aku harus mencari lagi apalagi saat itu aku di kota XXX dan tidak ada seorang pun yang aku kenal untuk bertanya. Aku duduk di teras kamar hotel yang kebetulan menghadap jalan raya sehingga aku bisa jenak berlama-lama disitu.

Beberapa orang lalu lalang berjalan di trotoar, dan aku masih duduk di teras kamar hotel. Tidak sengaja aku melihat ada orang yang berjalan yang dituntun pegawai hotel berjalan di depanku karena teras kamar memang jalan dan sekaligus digunakan sebagai teras kamar. Dan Alhamdulillah ternyata orang yang dituntun tadi adalah juru pijat tuna netra langganan tamu hotel yang biasa menginap di hoter tersebut.

Aku tidak langsung memberikan sedekah kepadanya, karena aku takut apabila aku langsung memberikan nanti bisa salah paham dan dia tersingung. Aku tidak henti-hentinya bersyukur kepada Allah yang telah membantu aku memenuhi janjiku pada-Nya. Alhamdulillah. Petugas hotel yang menuntun tadi aku panggil dan berpesan kepadanya, nanti apabila mijetnya sudah selesai aku ingin bertemu dengan tukang pijat tadi.

Satu jam pun berlalu aku masih duduk di teras kamar, menunggu juru pijat tuna netra tadi, beberapa saat kemudian mereka datang menghampiri aku dan kami pun bicara-bicara santai dan aku sampaikan nadzarku padanya.

Awalnnya juru pijat tadi menolak menerima sedekahku, namun setelah aku jelaskan dengan kerendahan hati akhirnya sedekahku di terimanya. Subnhanallah wal hamdulillah……..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar